Pada perdagangan Rabu, 23 Oktober 2024, harga emas dunia melemah setelah mencapai rekor tertinggi. Emas spot (XAU/USD) terkoreksi sebesar 1,21% menjadi USD 2.715,59 per troy ons. Kondisi ini terjadi akibat penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi dalam hampir tiga bulan, serta meningkatnya imbal hasil (yield) obligasi AS. Faktor-faktor ini membuat trader melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah emas beberapa kali menyentuh level tertinggi sepanjang masa dalam beberapa hari sebelumnya.
Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Harga Emas
- Penguatan Dolar AS: Kenaikan dolar AS yang mencapai level tertinggi sejak Juli menyebabkan emas mengalami tekanan. Hal ini dikarenakan emas dihargai dalam dolar, sehingga penguatan dolar membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor dengan mata uang lain, menurunkan permintaan.
- Imbal Hasil Obligasi AS Meningkat: Imbal hasil obligasi AS, khususnya tenor 10 tahun, juga mengalami peningkatan ke level tertinggi sejak Juli, mencapai 4,25%. Hal ini memberikan daya tarik lebih pada obligasi, yang menawarkan pengembalian lebih stabil dibandingkan aset berisiko seperti emas. Kenaikan imbal hasil biasanya membuat investor lebih tertarik pada obligasi daripada aset tanpa bunga seperti emas.
- Data Pasar Perumahan AS yang Positif: Penurunan pasar perumahan AS yang lebih kecil dari perkiraan pada bulan September turut memberikan tekanan pada harga emas. Penjualan rumah di AS turun hanya 1% menjadi laju tahunan 3,84 juta unit, lebih baik dari perkiraan konsensus sebesar 1,3%. Data ini menunjukkan stabilitas yang lebih baik dari yang diantisipasi, mendukung penguatan dolar dan imbal hasil obligasi.
Dampak Situasi Geopolitik dan Pemilu AS
Meskipun emas mengalami koreksi, investor masih memilih emas sebagai aset aman menjelang pemilu AS yang akan diadakan pada 5 November. Ketegangan geopolitik, terutama meningkatnya kekerasan di Timur Tengah, turut berperan dalam pergerakan harga emas. Kekhawatiran bahwa Israel mungkin akan melakukan serangan udara ke Iran telah meningkatkan permintaan emas sebagai lindung nilai (safe haven).
Menurut Desjardins Economic Studies, harga emas telah naik lebih dari 26% sejak awal tahun, didorong oleh faktor-faktor makroekonomi seperti ekspektasi penurunan suku bunga AS, pembelian emas oleh bank sentral, dan ketidakpastian global. Pemotongan suku bunga di masa mendatang juga mendukung proyeksi kenaikan harga emas ke depannya.
Pergerakan Harga Emas dan Kinerja Pasar Lain
Meskipun harga emas melemah, ada peningkatan besar pada Indeks Dolar AS (DXY), yang naik ke level tertinggi dalam setahun, mencapai 104,53 poin. Kenaikan ini dipicu oleh ekspektasi kuat bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi dalam waktu dekat, didorong oleh indikator ekonomi yang menunjukkan penguatan. Dalam hal ini, Wall Street mengalami aksi jual besar-besaran karena investor mulai mengurangi eksposur mereka terhadap pasar menjelang pemilu AS yang diperkirakan akan memicu volatilitas lebih lanjut.
Imbal hasil obligasi AS yang terus meningkat, terutama tenor dua tahun dan 10 tahun, semakin memperlemah aset berisiko. Surat utang AS tenor dua tahun tercatat membayar imbal hasil 4,091%, naik 4,8 basis poin, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun naik 4,1 basis poin menjadi 4,255%.
Situasi Politik AS dan Dampaknya pada Sentimen Pasar
Situasi politik AS juga memainkan peran besar dalam sentimen pasar saat ini. Keberhasilan elektoral Donald Trump baru-baru ini dipandang positif oleh pedagang, karena Trump dianggap mendukung peran AS sebagai pemimpin utama di sektor kripto. Sebaliknya, Kamala Harris lebih berhati-hati dalam pendekatan regulasi, terutama terkait perlindungan konsumen di industri ini.
Dalam hal geopolitik, ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah, terutama ketegangan antara Israel dan Iran, telah meningkatkan ketidakpastian global dan terus mendongkrak harga emas. Kondisi ini juga memengaruhi pergerakan harga aset lain, termasuk mata uang kripto yang juga mengalami tekanan akibat penguatan dolar dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.
Kesimpulan
Meskipun harga emas terkoreksi setelah mencapai rekor tertinggi, permintaan terhadap logam mulia ini tetap tinggi karena ketidakpastian global dan ekspektasi suku bunga yang lebih rendah di masa mendatang. Penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi telah memberikan tekanan pada emas, namun emas masih dianggap sebagai aset aman menjelang volatilitas pasar yang diperkirakan akan meningkat seiring mendekatnya pemilu AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Bagi investor, koreksi harga emas ini bisa menjadi peluang untuk mempertimbangkan kembali portofolio mereka, terutama di tengah situasi pasar yang tidak pasti.